Rabu, 21 Desember 2011

Hadits Dho'if

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah SWT,  Dzat Pencipta alam semesta. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad SAW beserta seluruh ahlul bait, sahabat, dan para pengikutnya.
Ilmu hadits merupakan instrument penting dalam agama Islam. Posisinya sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran menjadikan hadits patut dipelajari guna bertafaqquh fiddin. Untuk mempelajari kompleksitas dan luasnya cakrawala hadits maka diperlukan spesifikasi bab atau bagian tertentu dari keseluruhan hadits tersebut.
Berikut ini adalah salah satu bagian kecil dari pelajaran ilmu hadits, yaitu tentang hadits Dha’if. Salah satu bab penting dipelajari guna mengetahui kualitas hadits. Dalam makalah ini kami menyebutkan beberapa nama hadits dhai’f berikut penjelasan dan tingkat kedhoi’fannya

Isyarat Ilmiah Dalam al-Qur'an

A. Pendahuluan


Segala puji bagi Tuhan Maha Kasih atas limpahan rahmat dan karuniaNya. Salam serta salawat senantiasa pula tercurah kepada Baginda Muhammad. Keberkahan dan kasih sayang juga atas keluarga, sahabat, dan sekalian umatnya.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang tak pernah usai keindahannya dikuak sepanjang zaman. Sebagai petunjuk bagi umat Islam al-Qur’an menjunjung tinggi proses daya manusia dalam berfikir sebagai kanal petunjuk berkehidupan.
Luasnya cakrawala al-Qur’an seakan tanpa henti mengalir dan menjadi sungai-sungai kecil dalam beberapa buku yang menjadi referensi pada pembuatan makalah ini.
 Kami selaku pembuat makalah merasakan betapa keagungan al-Qur’an sulit untuk dijelaskan, terlebih hanya dengan beberapa halaman makalah ini. Namun, sebagai pembelajar kami merasa ini adalah upaya kecil yang tak boleh ditinggalkan agar dapat sedikit mengetahui dari pada ketidakterbatasan al-Qur’an.
Dalam makalah ini akan kami kemukakan beberapa tema yakni: pengertian al-Qur’an secara bahasa dan istilah, nama-nama lain dari al-Qur’an, kandungan dan fungsi al-Qur’an, al-Qur’an dan teori ilmu pengetahuan.


Minggu, 18 Desember 2011

Maafin Arif, tadz..

''Ana harus bagaimana? Hancurlah semua. Sebentar lagi mau liburan. Sampai rumah ana bilang apa?"

Ugh!'' Arif tanpa henti terus memelototi wajah yang ada dalam cermin. Murka. Sedih. Malu.

''Bahlul ente!, harusnya ente tau situasi dong. Tapi kan...urrrgghh! Hisyaaamm!! Seandainya ini di luar, ente udah ana habisi''

Tok, tok, tok. Suara pintu memecah lamunannya dalam kesendirian. Di lihatnya kembali wajah itu, memastikan tidak ada air kesedihan di sana.

''Kak Arif gak masuk? Kelas II Aliyah kan ada ustadz. Muin yang ngisi. Tadi kak Burhan juga baru berangkat tuh.''

''Oiya, syukran Miftah. Kakak lagi nyariin kitab Ihya' Ulumuddin yang juz dua, lupa ana taruh di mana. Ntar juga masuk. La ente ngapain ke asrama?''

''Iya nih, ana tadi keburu ke kelas, eh salah bawa kitab, harusnya kan belajar Nahwu, eh ana bawa kitab Akhlak, lagian sampulnya sama sih. Ok kak, ana duluan ya!''

Dubrak!

''Eh, nutup pelan-pelan aja, awas tangga licin''

''Iya kak...salamualaikuum!'' gema suaranya perlahan terdengar menipis mengudara di langit-langit asrama.

Sabtu, 17 Desember 2011

Novel Filsafat "Dunia Sophie"

Setelah Sophie menutup pintu gerbang, dia buru-buru membuka amplop itu. Di dalamnya hanya ada secarik kertas yang tidak lebih besar daripada amplopnya sendiri. Bunyinya, siapakah kamu?



Paragraf di atas merupakan sebuah kutipan novel filsafat  ini, protagonis Sophie Amundsend,  gadis berusia 14 tahun, memulai mengarungi hidupnya secara ‘sadar ‘. Sebuah pertanyaan singkat yang  melahirkan serangkaian pertanyaan radikal sebagai upayanya memahami realitas kehidupan (lebenswelt) pada umumnya, dan membuat Sophie sesekali secara subjektif memiliki pandangan tentang kehidupan itu sendiri (erlebnisse).

Adipati Kurawa Karna dalam Monolog


“…Ada yang tak dapat disingkirkan dari tangis setiap anak, juga dari seorang bayi yang tak diakui…dengan suara bergetar aku katakan kepadanya apa yang aku duga…” 

Kunthi, ibu kandung Karna, dalam monolognya, batinnya pilu menghikayatkan perjumpaannya dengan sang buah hati yang dahulu ia buang ke sungai. Kunthi melakukan itu demi menutupi buah perselingkuhannya dengan salah seorang pangeran sebelum menjadi permaisuri dari Pangeran.

Mengenai Saya

Foto saya
I am a longlife learner. Colleger of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, Faculty of Usul al-Din, Department of Theology and Philosophy.