Abdul Basyir bersama seorang anak pemulung murid didiknya seusai mengajar. |
Suatu kali, seusai mengajar, Basir sembari mengernyitkan dahi mencari
sandalnya yang hilang usai mengajar. Setelah beberapa saat dia mendapati sandal
tersebut ternyata berada di atas batu nisan kuburan. Apa sebab? “Disembuyiin anak-anak,”
kenang pria kelahiran Pemalang, 26 Mei 1990 ini.
Menjadi guru relawan di lingkungan tempat pembuangan sampah itu membutuhkan semangat lebih. Tumbuh di lingkungan
kumuh yang tidak kondusif berdampak pada psikologis anak-anak pemulung. “Mereka
cenderung lebih agresif dibanding anak seusia mereka,” kata Basyir.