Islam merupakan salah satu agama besar di
dunia diantara agama lainnya. Akan tetapi, apakah kalian mengetahui apa pengertian
islam itu sendiri. Sebagian orang, di kalangan Barat, mengidentikkan agama
Islam dengan istilah Muhammadanism dan Muhammadean.
Berikut
ini adalah penjelasan singkat tentang arti Islam secara etimologi dan
karakteristik ajaran Islam. Dua hal merupakan pembahasan inti makalah ini.
Kedua hal tersebut sangatlah luas dan tentu saja makalah ini hanya mampu
menyajikan bagian kecil dari kompleksitas penjelasan kedua hal tersebut.
B. Pengertian Islam
Pengertian
Islam dalam artian etimologis (lughawi) begitu banyak pendapat dan para
languistis, musafir dan orientalis telah mencoba mencari itu dengan pendekatan
secara etimologis. Dari hasil pembahasan mereka menjadi banyak sekali dan juga
kontroversial. At-Thabarah mencatat pandangan-pandangan yang dianggap terkuat
mengenai arti etimologis Islam itu , sebagai berikut:
·
Berarti Al-Khulush wa
Al-Thohari mina’l Afati’z-Zhahirati awi’l-Bhatinati; (bebas dan bersih dari
penyakit lahir dan batin).
·
Berarti As-Shulhu wa Al-Aman;
(damai dan tentram)
·
At-Tha’atu wa Il-Idz’anu. (taat
dan patuh).[1]
Menurut
Drs.Shalahudin Sanusi menerangkan bahwasannya Islam menurut arti bahasa sebagai
berikut:
Menurut arti bahasa kata-kata “Islam” mempunyai
beberapa arti:
·
Islam dari kata-kata “assalamu”,”assalamu”dan”assalamatu”
yang berarti: Bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.
·
Islam dari kata-kata “assilmu”
dan “assalmu” yang berarti: perdamaian dan keamanan.(as-shulhu wal
amaan).
·
Islam dari kata-kata “assalamu”
(la=dibaca pendek),”assalamu”dan “assilmu” yang berarti:
menyerahkan diri, tunduk dan taat (al-istislamu – al-idz’aanu – ath thaa’atu)[2]
Menurut
pembahasan mengenai arti Islam menurut terminologi ( Istilah ).Banyak sekali
para ahli yang mengajukan arti Islam, Din (dalam arti: Wahyun
Ilahiyun). Di bawah ini kami kutipkan beberapa diantaranya:
Syaikhul
al-Azhar Kairo Almarhum Mahmud Syaltut menulis: Islam
adalah agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkan pokok-pokok serta
peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW, dan menugaskannya untuk
menyampaikan agama tersebut kepada
seluruh manusia mengajak mereka untuk memeluknya.[3]
Majelis
Ulama Persatuan Islam (Persis) merumuskan tentang ad-Din sebagai
berikut:
Ad-Dinu
Wahyun IIahiyun Munazzalun min’indi ‘I-Lahi’ala Rasuli-Hi li-yuballighahu
‘n-Nasa[4] Agama
ialah wahyu Ilahi yang diturunkan dari Allah kepada Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada segenap manusia.
Sementara itu al-Ustadz K. H. E. Abdurrahman,
salah seorang guru besar Persatuan Islam sendiri, merumuskan: Agama
itu adalah ketetapan ketuhanan karena kebaikan Allah kepada manusia dengan
melalui lidah (dengan penyambung) dari antara mereka; untuk mencapai kerasulan
itu tidak dapat dengan usaha dan tidak
pula dibuat-buat,dan tidak akan mendapatkan wahyu itu dengan cara
belajar; In huwa illa wahyun yuha, yang demikian itu tidak lain hanya
semata-mata wahyu yang diwahyukan kepadanya.[5]
Dr.Ahmad
Fatih Gazali berpendapat bahwa Islam itu adalah agama yang sangat luas, yang
mendekatkan melewati bahasa yang lebih identik mengartikan Islam dengan kata selamat.
Dari kata selamat itu dikembangkan menjadi setiap agama yang mengajarkan
tentang keselamatan adalah agama Islam. Dan mengartikan potongan ayat Inna Al-dina indaLlahi Al-Islam (Ali ‘Imraan
3:19,85).
Yang berarti agama disisi allah adalah agama yang membawa keselamatan.
C. Karakteristik Ajaran Islam
Setiap
agama manapun pasti memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda, sesuai
dengan keyakinan umatnya masing-masing. Islam adalah agama yang memiliki visi rahmatan
lil alamin yakni bagaimana posisi
agama yang diyakini umat manusia bisa berperan sebagai penentu rasa aman,
memecah segala problematika hidup, dan mampu menstimulus manusia agar
senantiasa taat terhadap segala yang dititahkan Tuhan.
Visi itu tersebut tidak
terbatas pada kalangan umat Islam, tetapi bagaimana rahmat juga bisa
dirasakan oleh seluruh makhluk yang lain termasuk umat-umat yang beragama lain.
Universalitas yang terdapat dalam visi tersebut menandakan bahwa sejak diturunkan,
Islam sudah berupaya menjadi satu agama yang memiliki ciri yang universal.
Keberadaannya semestinya dapat dirasakan secara lebih luas, tidak hanya
terbatas untuk umat yang meyakini keberadaannya saja, tetapi Islam mampu
menunjukkan sebagai agama yang menyejukkan seluruh alam.
Kedua, ciri
lain yang terdapat dalam Islam adalah pengakuan terhadap adanya pluralisme
agama. Pluralisme menurut Nur Cholis Madjid adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah)
yang tidak akan berubah, sehingga tidak mungkin dibantah. Islam adalah agama
yang kitab sucinya secara tegas mengakui hak agama lain kecuali paganisme dan
syirik. Untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh
kesungguhan.
Karaktersitik
ajaran Islam tersebut disamping adanya pluralisme sebagai adanya pluralisme
sebagai suatu kenyataan, juga mengakui adanya universalisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik, dan mengajak
kepada keselamatan. Inilah yang pada akhirnya nanti melahirkan toleransi antar
umat beragama. Meminimalisir bentuk fanatisme beragama secara membabi buta,
menghilangkan rasa paling benar sendiri, dan sikap-sikap fanatik lainnya.
Ketiga, Islam
bersifat autentik dan orisinal sebagai agama yang lahir atas wahyu Allah yang
langsung diterima Muhammad Saw secara rasio adalah agama yang betul-betul
terjaga keasliannya.
Orisinalitas tersebut dapat dianalisa mulai dari mulai
dari proses penerimaan wahyu Allah Swt melalui Malaikat Jibril yang langsung
diterima Rasulullah Saw tanpa perantara lain. Sehingga pada proses ini
kelihatan tidak mungkin ada campur tangan pihak lain, dengan sendirinya
orisinalitas dapat terjaga dengan baik. Bahkan secara normatif, Allah Swt telah
memberikan satu penjelasan yang
meyakinkan bahwa “Sesungguhnya Kami (Allah) yang telah menurunkan
Al-quran (Ajaran Islam) dan Kami pula yang menjaganya”. Artinya tidak ada
satu lagi alasan yang menolak Islam sebagai agama yang otentik, orisinal,
terjaga keasliannya.
Islam
dikenal sebagai agama selalu mengedepankan sikap progresifitas, dinamis dan
inovatif. Hal ini dibuktikan dengan beberapa ayat Al-Qur’an yang melarang umat
Islam untuk berkeluh kesah jika ada permasalahan yang secara kebetulan
menimpanya. Islam menganjurkan selalu berfikir, menganalisa semua persoalan
dengan penuh pijakan yang jelas.[6]
Daftar pusaka:
-
Anshari, Endang Saifuddin. Kuliah
Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Rajawali,Jakarta
1986-1992.
-
Gholib, Drs. H. Achmad, MA. Studi
Islam, Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an, Al-Hadits, Dan Sejarah Peradaban
Islam. Faza Media, Jakarta, 2006.
[1] Anshari,Endang
Saifuddin, Kuliah Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,(Rajawali,Jakarta
1986-1992, hal:68)
[2] Anshari,Endang
Saifuddin, Kuliah Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,(Rajawali,Jakarta
1986-1992, hal:68)
[3] Syaik Mahmud
Syaltut,Islam sebagai’Aqidah dan Syari’ah,terjemahan A.Gani dan B.
Hamdani Ali,Bulan Bintang,Jakarta 1967,hlm:15.
[4] Mu’tamar
Persatuan Islam ,19 September 1953,di Bandung.
[5] Saifuddin
Anshari ,Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, c.v.Pelajar,Bandung
,1969,hlm.25.
[6] Drs. H. Achmad
Gholib, MA. Studi Islam, Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an, Al-Hadits, Dan
Sejarah Peradaban Islam. (Faza Media, Jakarta, 2006), h. 34
post bagus selmat malam.....
BalasHapus