Tak banyak orang tahu siapa pembuat lambang Negara Republik
Indonesia. Berbeda dengan simbol Negara
lainnya, seperti bendera Merah Putih,
lagu Indonesia Raya, orang Indonesia telah banyak tahu sejarah dan pembuatnya.
![]() |
Firman bersama Max Al-Kadrie, asisten pribadi Sultan Hamid II Al-Kadrie, saat wawancara di kediamannya di Jakarta Selatan. |
Berangkat dari rasa penasaran tentang siapa sang pembuat Burung Garuda Pancasila
sebagai lambang Negara Indonesia, menurut Firman Faturohman, hal tersebut juga
merupakan sebuah ironi bangsa Indonesia
yang melupakan sejarah proses pembuatan lambang pemersatu Negara Republik Indonesia
tersebut.
Dengan mengusung karya tulis berjudul “Sultan Hamid II Al
Kadrie, Pembuat Lambang Pemersatu Bangsa”, Mahasiswa kelahiran Majalengka, 9
Agustus 1992 tersebut bulan September lalu berhasil mengibarkan bendera UIN di
kancah nasional sebagai kategori karya terbaik 10 besar pada Lomba Karya Tulis
Sejarah (LKTS) tingkat mahasiswa.
“Hal ini jarang diketahui oleh orang banyak, bahkan kadang
terlupakan oleh para akademisi dan pemerhati sejarah,” tutur mahasiswa Fakultas
Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Universitas Islam
Negeri Jakarta ini.
Lomba tersebut dihelat dalam rangka Pekan Nasional Cinta
Sejarah (PENTAS), yang diselenggarakan oleh tiga instansi pemerintah yakni
Direktorat Nilai Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, dan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, di Sulawesi Tengah, Palu, 9-15 September
2011.
“Alhamdulillah, sekitar 137 peserta dari berbagai universitas di
Indonesia, aku nggak nyangka masuk 10
besar, rasa syukur juga bisa ke Palu, Sulawesi Tengah, atas undangan
Kemenbudpar mengikuti dialog interaktif kesejarahan beserta para mahasiwa pemenang lainnya ,” tuturnya salah satu
anggota olahraga voli unit kegiatan mahasiswa
Forsa (Federasi Olahraga Mahasiswa, red)
tersebut.
Pada saat di Palu ia mengaku sempat grogi ketika berkumpul
dengan mahasiswa lainnya, setelah beberapa waktu akhirnya ia bisa akrab dan beradaptasi,
“Maklum, saat itu aku masih semester dua, yang lainnya udah pada semester akhir”.
Meski proses membuat karya tersebut dirinya menghadapi
berbagai kendala, usaha keras dan berkat dorongan orang-orang terdekat
membuatnya berhasil menyelesaikan karya ilmiahnya dalam satu bulan, “Pas ngebuatnya bertepatan UAS, mana di Forsa
juga lagi sibuk, terus orang tua waktu itu lagi sakit, mau dioperasi,”
tuturnya.
CINTA SEJARAH
Sejak kecil Firman mencintai pelajaran sejarah. Meski dulu
saat SMA berada di jurusan IPA, dan pernah menjadi finalis terbaik ke enam saat
mewakili Propinsi Banten pada perlombaan pelajaran IPA tingkat propinsi di
Jakarta, tapi pada saat mendaftar kuliah ia meneruskan minatnya di bidang
sejarah. “Guru SMA saya banyak yang nyayangin
masuk jurusan sejarah, ” kenang mahasiswa semester tiga ini.
Baginya, ilmu sejarah sangatlah penting, selain memperkaya
wawasan “Sejarah itu sangat penting bagi kehidupan, salah satu faktor
pentingnya sejarah adalah bisa mempersatukan bangsa,” ujar pengagum Presiden
Soekarno ini. Dia mengatakan bahwa
sejarah juga bisa menjadi sumber motivasi. Kelak ia ingin menjadi peneliti
sejarah.
(November 2011)
0 komentar:
Posting Komentar