UIN Jakarta, Student Center,- Acara Orasi Budaya dan Pagelaran Wayang
”Semalam Bersama Gus Dur” berlangsung pada Jum’at malam (13/1) di Lapangan
Student Center UIN Jakarta, pukul 19.00 WIB.
![]() |
Jika Ingin memperjuangkan sesuatu, jangan hiraukan segala kendala yang ada._GD |
Acara tersebut dihelat dalam
rangka mengenang dua tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada akhir Desember
2009 silam.
Acara yang diadakan secara out door tersebut berlangsung
khidmat hingga usai meski sempat beberapa kali diguyur hujan.
Beberapa tamu undangan yang hadir sebagai
pembicara diantaranya Alissa Wahid, Bondan Gunawan, Adhie Massardi, dan AS
Laksana. Turut hadir pula tamu kehormatan keluarga Almarhum Gus Dur, Ibu Sinta
Nuryah Wahid.
Masing-masing pembicara
tampak bersemangat ketika menyampaikan orasinya. Acara diisi dengan
sambutan ketua panitia Nurdiansyah, tahlil, pembacaan do’a bagi almarhum beserta
para pejuang bangsa Indonesia.
Tampil sebagai pembicara pertama dengan
tema orasi ‘Gus Dur dan Gerakan Kultural’, Alissa Wahid mengatakan, tantangan
bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi adalah bagaimana berakar pada
nilai dasar bangsa.
Bangsa yang tidak berpegang pada nilai dasarnya sendiri
akan mudah gamang. Senantiasa terpengaruh oleh karena tidak memiliki ikatan
ketika menghadapi budaya asing. “Lihat bangsa Korea, mereka bisa maju karena
memelihara identitas bangsa mereka,” katanya.
Adhie Massardie, dalam orasinya,
mengatakan kebanyakan orang yang dulu mengkritik Gus Dur itu bukan karena
kebijakannya, melainkan karena hal yang bersifat pribadi.
“Semua kebijakan Gus
Dur itu baik, kecuali kebijakannya mengangkat SBY menjadi jendral bintang empat kala itu,” candanya disambut tepuk
tangan hadirin.
Pemimpin zaman sekarang banyak tidak mampu melihat realitas
masyakarat, karena mata hatinya tak mampu melihat.
Menurutnya pula, buah
pemikiran Gus Dur sangat perlu diperjuangkan. “Tidak penting mengkaji pemikiran
Gus Dur, tapi bagaimana memperjuangkannya,” tegasnya.
Sebagai pembicara ketiga, Bondan Gunawan
menghimbau tidak melihat Gus Dur dari apa yang ia capai, tapi hendaklah mempelajari
dan menghayati flash back perjuangannya.
Gus Dur, baginya, bagai sumur
di tengah kemarau, pembela hak manusia, pemimpin yang berani mengambil resiko.
“Dia tidak mau menciptakan banyak pengikut, tapi mencetak kader,” ujarnya.
Bondan mengatakan bahwa Gus Dur merupakan sosok yang melampaui zaman, sehingga
orang seringkali salah memahaminya. “Kalau ada yang pernah dengar tentang kenyelenehan
Gus Dur, datangi saya untuk konfirmasi,” kata Bondan.
Pembicara terakhir, AS Laksana
mengungkapkan beberapa kekagumannya dari sosok Gus Dur, yaitu pemikiran, pola
tidur, humor, gaya komunikasi, dan kepemimpinannya. Menurutnya, Gus Dur memiliki gaya komunikasi yang
cerdas dan unik.
Pada saat tidur Gus Dur masih dapat mendengar suara sekitar. “Saat
tidur, alam bawah sadarnya tetap aktif, hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh
orang yang benar-benar khusuk,” tuturnya.
Yang menarik lainnya dari Gus Dur
adalah sikapnya yang selalu rileks. “Dengan skill dan pola permainan yang sama,
orang yang tampil rileks sangat berpeluang memenangkan pertandingan oleh karena
tidak tertekan oleh faktor psikologis di lapangan,” tuturnya beranalogi.
Usai acara orasi kebudayaan, acara ditutup dengan pagelaran wayang oleh
Wayang Kampung Sebelah. Group wayang kontemporer tersebut tampil heboh dengan
kombinasi kultur, budaya, dan genre musik yang beragam.
Pementasannya yang berjudul ”Tragedi Jual Beli Mimpi”menghibur
penonton. Wayang tersebut menggambarkan potret realitas orang miskin yang
kewalahan menghadapi ‘ketidakadilan kehidupan’ di Indonesia yang disebabkan
oleh para aparatur negara sendiri.
Meski hujan, beberapa penonton tampak antusias berdiri di bawah curah hujan
menyaksikan wayang tersebut dari dekat hingga usai.
Acara orasi budaya dan pagelaran wayang tersebut
terselenggara atas kerjasama berbagai 18 organisasi dan komunitas intra kampus
UIN Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:
BEM Fakultas Dirasah Islamiyah,
PMII Cabang Ciputat, GMNI Cabang Tang-Sel, Buletin Muara, Piramida Circle,
Forum Studi Makar, Ikatan Remaja Masjid
Fathullah, Kelompok Kajian Rasionalika, Tongkrongan Sastra Senja Kala, Koin
Sastra, Komunitas Saung, LPM INSTITUT, UKM RIAK, Teater Syahid, KMF Kalacitra,
El Kaffi, dan PSM UIN Jakarta.
Selain berbagai komunitas dan organisasi
dalam kampus, acara tersebut juga turut terselenggara atas kerjasama dari luarkampus
yaitu Pojok Gus Dur, Wahid Institute, LAKPESDAM NU, Dewan Kesenian Jakarta,
Federasi Teater Indonesia, Rahima, Master, Transkrip, Angkringanwarta, RM
Online dan Phillocoffeproject.com.
(Januari, 2012)
0 komentar:
Posting Komentar