Setiap kali buka facebook hal paling banyak ditulis oleh teman-teman facebookku adalah tentang seseorang, terutama sosok yang sedang ia benci. Selebihnya adalah kata-kata mutiara, motivasi, puisi, pepatah, aktifitas, situasi, kondisi, lelucon, informasi, pengumuman dan berita singkat seputar kegiatan sehari-hari.
Layaknya media nasional yang tanpa henti memberitakan kasus korupsi, status-status tentang seseorang yang dibenci senantiasa menghiasi wall-ku di facebook. "Dasar manusia nggak tahu diuntung", "Aku telah membedebahkan diriku dari orasi cinta palsumu", "Apa sih hebatnya dia dibanding aku, dasar picek!", dan lain-lain (baca. Dan lalalala).
Suatu kali, kawanku harus menerima kenyataan pujaan hatinya 'diculik' perempuan lain. Alhasil, hampir setiap kali membuka facebook banyak statusnya muncul di wall facebookku. Melihat kondisinya yang galau, suatu hari aku bertanya,
"Teh, gimana si Aa?"
"Aku udah ikhlas kok, udah lupa, biar aja" jawabnya.
Lain di mulut lain di hati. Beberapa hari setelahnya, bahkan ketika aku menulis ini, ia masih tanpa henti sesekali menulis status yang menggambarkan rasa kecewanya kepada sang mantan. Benci. Aku merasa tergelitik mencari tahu, lantas berpikir dalam hati. Jika memang dia sudah melupakannya, lantas untuk apa tetap menganggapnya 'tidak ada'. Aku sendiri tentu saja tak bisa membayangkan jika berada di posisi dia. Sepertinya sakit sekali. Tentu aku selalu mengantisipasi agar hal terburuk seperti yang kawanku rasakan di atas tidak terjadi padaku.
Hematku, tak ada salahnya jika dalam kehidupan suatu kali kita bertemu dengan seseorang yang membuat kita kecewa, benci, atau apalah, atau barangkali seperti kisah temanku di atas. Tapi ku pikir tak perlu sampai menjadi momok yang mengganggu kehidupan. Jika saatnya ia memang harus pergi, meminjam judul lagu Bondan, ya sudahlah.
"Some people are meant to be in your life, but that doesn't mean they have to stay." Tak ada yang salah dengan mengenang masa lalu. Hanya saja jika mengenang hanya mencipta perasaan negatif dan tidak konstruktif bagi kehidupan di masa kini sebaiknya segera dilupakan sehingga benar-benar lupa. Tak perlu lagi ada tempat untuk sosok atau pun masa lalu tersebut tertinggal dan menyita perhatian lagi.
Hematku, respon benci itu sesungguhnya merupakan sebentuk perhatian lebih. Membenci itu perlu energi lebih. Benci lahir karena perhatian. Kalau tidak perhatian, mana mungkin ia benci. Kalau tidak benci alias biasa-biasa saja, tentu ia tak akan rela membuang-buang tenaga hanya untuk menguras emosi; mendedikasikan status-status untuknya di facebook; mengutuk masa lalu bersamanya;merespon segala aktifitasnya terbarunya.
Masa lalunya mewujud menjadi 'tidak ada' di relung hatinya. Ia masih menjadi entitas yang tak bebas respon. Detak jantungnya berhenti selama 2 detik kala membencinya adalah indikasi bahwa 'tidak ada' tersebut masih mengundang perhatian. Kalau memang lupa, ku pikir, tak perlu ada sikap yang menunjukkan memusuhi, membenci, atau apa pun. Sebagai yang tertulis pada beberapa statusnya.
Di sini, aku kurang sepakat dengan perkataan Bung Karno, "Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah". Dalam menjalani kehidupan setiap manusia pasti pernah mengalami sejarah kelam dalam hidupnya. Kenangan pahit, jika terus dipelihara dengan respon negatif, ku pikir akan sangat mengganggu keseharian di masa kini. Iya, kenangan seperti itu harus dilupakan. Tak perlu lagi ada respon benci, karena itu mengindikasikan adanya perhatian lebih bahwa sosoknya masih menjadi sejarah yang menciptakan respon benci.
Kata-kata Soekarno itu perlu dikritisi lebih lanjut. Karena, ku pikir, segala kenangan yang hanya membawa kepada sesuatu yang merugikan diri tak ada salahnya dihapus. Toh, Soekarno sendiri pernah melakukan hal tersebut, yakni menghancurkan situs bersejarah tempat teks proklamasi kali pertama dikumandangkan.
Mungkin kenangan bersama mantannya dulu teramat impresif dan dalam. Siapa sih dengan mudah melupakan sosok yang pernah menemani dalam suka dan duka? Kawan penghantar tidur dengan sejuta kisah lucu yang bersuara dari balik gagang telepon? Tempat bersandar kala langkah tak kuat lagi walau hanya sekedar bertumpu? Rekan perjalanan mengitari alam sembari berbagi kisah? Tak sedikit memang orang bertahan karena kenangan.
Lagi pula, cinta dan benci itu kan bedanya tipis?
Kamis, 25 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
IG: @rakastambol
Mengenai Saya

- Rahmat Kamaruddin
- I am a longlife learner. Colleger of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, Faculty of Usul al-Din, Department of Theology and Philosophy.
0 komentar:
Posting Komentar