Resume buku Beyond Survival, Panduan Mencapai Suskes Luar Biasa bagi Pemilik Bisnis. Karya Dr. Leon A. Danco
Secara garis besar buku ini membahas tentang panduan mencapai sukses luar biasa bagi pemilik bisnis, terutama bisnis yang melibatkan anggota keluarga. Buku ini menjelaskan secara detail langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan oleh pemilik bisnis agar dapat menjalankan usahanya dengan baik.
Poin terpenting dari buku ini juga adalah bagaimana mewariskan usaha bisnis dengan baik serta mempersiapkannya untuk jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga usaha bisnis tersebut tetap langgeng dan bertahan. Berbagai konsep yang ada dalam buku ini merupakan hasil penelitian panjang oleh seorang pakar family business (pakar bisnis keluarga), Dr. Leon A. Danco.
Berkuasa adalah jabaran terbaik bagi seorang pemilik bisnis yang sukses. Ia memiliki kekuasaan yang hanya tertandingi oleh kapten kapal di lautan di masa perang, dan para profesor berstatus permanen penuh dalam kelas mereka.
Meski pemilik bisnis yang sukses menikmati banyak buah hasil kerjanya, ia akan merasa bingung karena tiba-tiba memiliki kekuasaan. Kekuasaan tersebut memberikan hal yang tidak biasa dan tidak unik baginya. Hak tersebut mengandung kewajiban sekaligus rasa takut; tanggung jawab untuk memenuhi beberapa harapan terkait kekuasaan yang diperoleh dari orang lain, dan rasa takut bahwa semua itu akan lenyapsebelum ia benar-benar menikmatinya.
Semakin kecil dunia tempat keberadaan bisnisnya, biasanya semakin berkuasa sang presiden pemilik. Ia memerintah dan kebal hukum atas segala sesuatu. Ia menjadi kekuasaan bagi dirinya sendiri, dan setelah beberapa saat, kekuasaannya berubah menjadi kesucian. Ia mulai merasa dirinya kekal, bahwa ia tidak perlu menyerahkan kendalinya tersebut, dan bahwa ia tidak akan pernah meninggal.
Tetapi, pada kenyataannya, ia harus membuat keputusan hidup mati. Pada satu titik tertentu, ia harus memutuskan untuk membuat mekanisme demi pertumbuhan profitabilitas dan kelangsungan bisnisnya setelah ia pergi, atau saat ia mundur, ia akan menghancurkan apa yang ia bangun saat ketika sedang merangkak ke atas. Sifat utama yang membuatnya berkuasa dan membentuk kemandirian dan gengsi yang ia miliki kerahasiaan dan sedikitnya kaji ulang pihak luar, mengandung benih kehancuran bagi perusahaannya.
Buku ini dimaksudkan untuk meneliti orang tersebut serta dunia yang dibangun di seputar dirinya, mengupasnya seperti bawang merah, memperhatikan dunia pertumbuhan dan perkembangannya, lapis demi lapis. Hanya dengan cara ini kita bisa mengatasi sifat buram kerahasiaannya dan menemukan sifat sejatinya. Buku ini adalah hasil dedikasi dari pekerjaan seumur hidup dalam dunia pemilik bisnis sebagai partisipan, pengamat, guru, penulis, dan teman.
Buku ini ditulis untuk pemilik bisnis dengan maksud menyajikan pandangan dewasa tentang hidupnya seperti yang telah ia jalani dan yang sedang ia jalani. Saat orang semakin berumur, ia mulai merenungkan kembali masa lalunya, atas apa yang telah ia lakukan, perubahan nilai-nilainya, pandangannya akan kesuksesan berubah.
Kupasan-kupasan menarik tentang pengembangan bisnis dibahas dengan mendetail ke dalam beberapa pokok pembahasan dalam buku ini, yakni Di Mana Sang Wiraswastawan?, Potrait Pemilik Bisnis, Kekuasaan itu Sebenarnya Milik Siapa?, Mengelola Orang dan Uang, Mendapatkan Komitmen dari Penasehat Luar, Mengelola Suksesi, Mengelola Aset dan Impian, dan Manajemen Waktu.
Pada bagian pertama buku ini mencoba memetakan presentase perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika Serikat, baik yang bersifat public maupun perorangan. Terkait dengan hal tersebut buku ini menstimulus para manajer-manajer perusahaan untuk berkontribusi tidak hanya kepada pribadi tapi juga terhadap sosial.
Bisnis milik pribadi adalah sebuah struktur ekonomi yang perkembangannya bisa dibatasi oleh manajemennya. Para manajer perusahaan milik public tidak memiliki otoritas untuk membatasi pertumbuhan perusahaan mereka sehingga hal tersebut merupakan dilemma utama bagi pemilik bisnis pribadi.
Para pemegang saham public menuntut pertumbuhan terus-menerus agara ROI (return on investment/pengembalian modal) semakin meningkat sehingga mereka tetap ingin memegang saham tersebut. Sebaliknya pelanggan/pemasok/distributor perorangan bisa tidak ingin berkembang. Kemungkinan ia hanya ingin menikmati tingkat kemakmurannya pada saat ini tanpa harus meningkatkan upaya, tekanan atau resiko.
Pada Potrait Pemilik Bisnis, buku ini membedah tentang seorang pemilik bisnis yang memiliki beberapa sisi. Kapanpun, kita semua memiliki 24 jam. Seorang pemilik bisnis membagi waktu ini menjadi empat bagian. ia memiliki bagian orang; sisi manusia, sisi fisik, dan sisi kejiwaan. Ia memiliki bagian pemilik saham-pemilik. Ia memilik bagian pekerja-karyawan, dan ia memiliki bagian manajer-perencana.
Ini bukan empat bagian yang sempurna. Setiap orang memilih cara pemanfaatan waktunya sendiri. Tidak ada seorang pun yang mengarahkan kemana sang pengusaha mengalokasikan waktunya. Ia meluangkan beberapa persen untuk kebutuhan fisik dan kejiwaan: tidur, makan, membina keluarga, bersantai, melewatkan waktu bersama istri dan anak-anaknya dan sisanya ia gunakan untuk berbagai macam pekerjaan. Jika ia tidak menggunakan waktu itu untuk pekerjaannya, ia tidak akan makan. Ia tidak akan bertahan. Jika, saat bisnisnya berkembang, ia tidak melewatkan waktu untuk membuat kebijakan, mengambil resiko, dan melakukan perencanaan jangka panjang, perusahaannya tidak akan berkembang menuju masa depan. Peran-peran yang tumpang tindih itu membentuk dunia sang manajer sekaligus sang pemilik.
Oleh karena itu, masih anehkah jika satu-satunya cirri manajer sekaligus pemilik itu adalah bahwa ia bingung? Ia tidak mengetahui cara memanfaatkan waktunya. Ia tidak mengerti apa yang haruis dilakukan dengan uangnya, karyawannya, bisnisnya. Ia tidak tahu apakah harus membeli atau menjual, berkembang atau menyusut; apakah ia harus menghadiri seminar atau tinggal di rumah; apakah ia harus bertahan atau menjual habis.
Pada bab ini dijelaskan pula tentang mitos-mitos yang seringkali menghalangi kemajuan seorang manajer dalam memimpin perusahaan, berikut penyelesaiannya. Pula, dijelaskan tentang siklus dalam pertumbuhan sebuah usaha yakni keajaiban (wonder), kesalahan (blunder), kesuksesan (thunder), dan penjarahan (plunder).
Pada bagian Kekuasaan itu Sebenarnya Milik Siapa?, dijelaskan bahwa pemilik bisnis tidak membangun perusahaannya dalam ruang hampa. Ia membangunnya dalam lingkungan keluarga yang sangat nyata dan berpengaruh. Masa depan bisnis tersebut sangat dipengaruhi oleh keberadaan keluarga tersebut sama seperti ketergantungan masa lalu bisnis kepadanya.
Sedikit sekali manajer professional yang memahami posisi yang dimainkan keluarga dalam fungsinya sebagai pembuat kebijakan bisnis tersebut. Kaum professional yang berusaha menasehati presiden perusahaan-perusahaan keluarga sering mengabaikan tekanan bawah tanah keluarga yang mampu memengaruhi keputusan dalam perusahaan. Dalam fungsi keluarga yang saling berkaitan dan organisasi perusahaan, bisnis keluarga merupakan film kategori x dunia ekonomi. Tidak seorang pun yang diijinkan menonton kecuali orangtua.
Diperlukan upaya untuk memahami dan menghargai kompleksitas perusahaan milik pribadi, yang oleh karena itu seseorang perlu memahami tokoh-tokoh tersebut dan peran yang mereka mainkan dalam operasional perusahaan. Pentingnya masing-masing peran tidaklah sama di setiap bisnis, tetapi jarang sekali ada perusahaan yang ada tanpa pemain seperti itu.
Variasi kepribadian tidak terbatas banyaknya. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya ayah yang sudah tua, mama, saudara, anak laki-laki, anak perempuan, menantu laki-laki, menantu perempuan, anak-anak yang rakus, persaingan antar saudara kandung, manajer-manajer keluarga, para penasehat, para direktur, para investor, serta orang-orang di luar bisnis milik keluarga.
Seorang pria yang sukses adalah pekerja keras, petarung, dan pada dasarnya seseorang yang penuh etika dan jujur. Seorang yang berhasil membangun perusahaan harus mampu menjadi pemilik sekaligus manajer dalam periode siklus hidup sebuah perusahan seringkali terjadi kesalahan-kesalahan yang oleh sebab itu kesalahan tersebut harus dihindari semaksimal mungkin.
Untuk memastikan keselamatan, pertumbuhan yang menguntungkan dan suksesnya keberlangsungan perusahaannya, pemilik bisnis tersebut sekarang harus mulai melakukan perubahan di kelima bidang kegiatannya: mengelola orang-orangnya, mengelola uangnya, mendapatkan komitmen dari orang luar, mengelola suksesi, mengelola aset dan berbagi mimpi, dan mengelola waktu.
Bab selanjutnya adalah Mengelola Orang. Dalam bisnis keluarga para karyawan utama bergabung di masa-masa awal dengan tingkat pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian dan terus tinggal seumur hidup di perusahaan yang sama, kecuali, jika ada kejadian tidak terduga mereka dipecat atau memiliki keberanian untuk keluar. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan tersebut terlihat menampung banyak karyawan berusia 45-50 tahun dengan masa kerja 25 tahun dan masih akan bertahan 15-20 tahun lagi yang dipindah-pindahkan oleh sang bos, frustasi dalam ambisi, terlalu muda untuk pension tetapi terlalu tua untuk keluar. Dampaknya, mereka menjadi keluarga angkat dan sang pemilik sekaligus manajer enggan melepas mereka bahkan sekalipun mereka sudah tidak bermanfaat lagi.
Keberadaan mereka mendatangkan rasa nyaman, dan mereka dapat diperas dengan mudah. sebutan mereka adalah legion, dan pekerjaan mereka yang berkesinambungan merupakan salah satu biaya kesuksesan.
Kurangnya manajer-manajer yang kompeten untuk menantang pemilik sekaligus presiden dan menyediakan rantai komando yang berkesinambungan ke masa depan sangat membahayakan kesehatan sebuah bisnis milik keluarga. Agar perusahaan tersebut dapat berlanjut, sang pemilik bisnis harus mampumenarik sebuah manajemen yang bisa ia percaya sepenuhnya. Sebaliknya, para manajernya harus mengetahui, memahami dan meyakini tujuan-tujuannya. Kerahasiaan yang berlanjut serta tidak ada penilaian terhadap sang pemilik maupun kebijakan-kebijakannya, praktik-praktik serta filosofinya hanya akan berujung pada kehancuran bisnisnya. Solusi atas masalah-masalah mengelola manusia dalam bisnis milik keluarga melibatkan tiga buah langkah:
1. Meyakinkan para karyawan perusahaan bahwa perusahaan mereka akan terus berlanjut,
2. Menguatkan jaminan tersebut dengan mengadakan program-program peningkatan pendidikan para manajer yang berkesinambungan,
3. Dan mengembangkan organisasi yang efektif serta menjadikan strukturnya dapat dilihat.
Sistem akuntansi merupakan pokok pembahasan inti pada bab Mengelola Uang. Sistem akuntansi harus digunakan sebagai alat bantu tambahan untuk membantu manajemen dalam menjalankan pekerjaannya, bukan sebagai sistem yang licik untuk meminimalkan beban pajak sang pemilik. Jika pemilik bisnis tertarik untuk menghasilkan uang, apa ia harus menggunakan waktunya di bidang-bidang di mana ia dapat menggunakan bakatnya untuk menghasilkan laba. Ia tidak boleh membuang waktunya di bidang-bidang di mana ia tidak kompeten. Dan ia tidak boleh membuang waktu dan bakat orang-orang lain dengan menolak memberikan informasi dasar yang digunakan untuk membuat keputusan manajemen mereka. Sebaliknya, ia harus merekrut manajer keuangan yang paling kompeten yang dapat ia peroleh.
Jika si pemilik bisnis tidak mengetahui apakah orang yang ditugaskan sebagai akuntan adalah orang keuangan yang bagus di bagian perusahaannya, maka ia harus mengajukan pertanyaan kepadanya serta rekan-rekannya. Orang-orang yang berbakat suka menunjukkan bahwa mereka memiliki bakat. Bukan hal yang tidak sopan jika kita meminta seorang gadis yang cantik untuk mengikuti sebuah kontes kecantikan. Bukan hal yang tidak sopan meminta orang bagian keuangan untuk dinilai orang lain yang berasal dari bidangnya atau bidang lain yang berkaitan.
Masing-masing sistem akuntansi pemilik sekaligus manajer tidak akan sama karena harus disesuaikan agar sesuai dengan masing-masing perusahaan. Membuat sistem akuntansi yang informatif dan berguna tidaklah sulit. Fakta bahwa sang manajer sekaligus pemilik, sendiri, tidak memahami cara melakukannya tidak boleh menghalanginya untuk melakukan hal itu. setiap banker atau penasehat keuangan luar pasti akan dengan senang hati membantunya mencari orang yang benar untuk membuat sebuah sistem membuatnya dapat dijalankan. Nasehat tersebut layak diikuti sebelum nasi menjadi bubur.
Bab selanjutnya adalah Mendapatkan Komitmen dari Para Penasehat Luar. Pemilik sekaligus manajer harus menyadari bahwa ia sama sekali bebas dari kewajiban untuk mempertahankan para penasehatnya selamanya. Biaya professional sudah termasuk pemberhentian oleh para klien. Para penasehat hanya bisa melayani tergantung dari kelangsungan manfaat komitmen. Banyak sekali para manajer sekaligus pemilik yang melakukan pekerjaan kelas satu dan memberikan layanan kelas satu, tetapi berkeras mengelilingi diri mereka dengan para penasehat kelas dua padahal tidak membayar mereka dengan gaji kelas dua.
Orang-orang seperti itu tidak memikirkan tujuan atau kebutuhan perusahaan. Mereka hanya memikirkan perolehan finansial mereka sendiri. Sering perusahaan hanya dijadikan sebagai kendaraan pribadi demi tujuan dan kebutuhan mereka. Karena mereka tidak pernah meluangkan waktu untuk benar-benar memahami tujuan sang pemilik bisnis, peran mereka sebagai penasehat bukan untuk mendampinginya sebagai presiden. Tujuan dari nasehatnya adalah untuk bayarannya, dan yang mereka berikan hanyalah layanan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan hal itu. menerima penasehat seperti itu berarti pemilik bisnis harus menerima warga kelas dua, menderita perasaan tidak aman terus-menerus, kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang salah, perasaan tidak layak menerima kesuksesan yang ia peroleh, jika ia mebngubah sesuatu atau seseorang maka apa yang telah ia peroleh akan diambil kembali darinya. Ia membayar pemeras intelektual dan tidak mengetahuinya.
Oleh karena itu diperlukan kompetensi dalam menentukan criteria untuk memilih para penasehat. Semua penasehat profesional bagi perusahaan tertutup harus diperiksa secara periodic dan persyaratan mereka harus dipikirkan atau dipastikan. Secara periodic mereka harus ditinjau ulang terkait kesinambungan relevansi dan kontribusi mereka dalam memecahkan masalah yanga ada atau yang akan datang. Mereka harus dipertahankan berdasarkan kontribusi positif serta kreatif mereka bukan karena kelihaian mereka memertahankan status yang nyaman dan menghasilkan gaji bagi mereka dan membuat bisnis tersebut bebas dari “masalah”.
Bab ini menerangkan tentang proses seleksi para penasehat perusahaan seperti banker, pengacara, akuntan, dan agen asuransi serta konsultan. Pemilik bisnis harus melihat di luar tempurung tempat tinggal mereka. Ada banker-bankir bagus di dekatnya yang tidak diajak berbisnis, karena menurutnya ia tidak paham. Ada perencana aset yang luar biasa tetapi tidak ia ajak berbisnis karena alasan yang sama. Ada akuntan-akuntan yang luar baisa, konsultan yang bagus, serta kantor-kantor pengacara yang baik di sekelilingnya namun mengalami hal yang sama.
Pemilik bisnis harus membuat daftar para penasehatnya dalam selembar kertas. Itulah dunianya. Kemungkinan ia akan mendapatinya penuh dengan orang-orang yang tidak mampu dan tidak akan membantunya.
Pembahasan yang tak kalah penting dalam dalam upaya mengembangkan sebuah perusahaan dibahas pada bab Membentuk Dewan Operasional. Seorang presiden yang sukses membutuhkan tinjau ulang. Tidak ada perusahaan yang berjalan dengan baik, perusahaan keluarga atau bukan, dapat beroperasi secara efisien tanpa adanya tinjau ulang terhadap CEO-nya.
Sebuah perusahaan harus mewaspadai adanya dewan direksi yang tidak berpotensi mengembangkan perusahaan. Presiden harus memilih dewan secara efisien bagi perusahaannya, baik itu perusahaan publik atau pun keluarga. Dewan direksi sebuah perusahaan perorangan tidak boleh disamakan dengan dewan yang dimiliki perusahaan publik. Meski kewajiban dan tanggung jawab mereka tidak jauh berbeda, tetapi fokus dari tanggung jawab tersebut berbeda.
Fungsi utama sebuah dewan direksi dalam perusahaan publik adalah mewakili kepentingan para pemegang saham terkait profitabilitas, keberhasilan manajemen dan pertumbuhan. Sementara fungsi utama dewan direksi perusahaan perorangan haruslah demi keberlangsungan bisnis tersebut.
Beberapa pertanyaan dalam menentukan dewan direksi adalah:
1. Siapa yang harus duduk di dalam dewan bisnis?
2. Di mana sang pemilik bisa mendapatkan direksi yang bagus?
3. Berapa banyak orang yang dibutuhkan sebuah dewan dan berapa lama seharusnya masa kerja mereka?
4. Apakah anggota dewan digaji?
5. Mengapa seseorang mau menerima kursi direktur dalam sebuah perusahaan?
6. Apa tanggung jawab direksi?
Selain memenuhi kewajiban yang sesuai hukum, sedikitnya ada lima jenis dukungan yang dapat diberikan oleh para anggota dewan kepada presiden perusahaan:
1. Mengkomunikasikan pemahaman serta kesadarannya akan masalah-masalah yang sulit diatasi yang dikenal sebagai “Kondisi bisnis pada umumnya,”
2. Berbagi keterampilan professional pribadinya yang luar biasa;
3. Memberikan bimbingan dalam pengembangan, pengkomunikasian dan penerapan kebijakan perusahaan; dan
4. Memberikan panduan untuk mengatasi masalah.
Hal yang tak kalah penting adalah Mengelola Suksesi. Pemilik bisnis tidak boleh menunda pemilihan penggantinya. Ia harus merencanakan kelanjutan bisnisnya jika ia berharap bisnis tersebut akan terus berlangsung, dan tidak bergantung pada kejadian yang tak disengaja atau campur tangan Yang Maha Kuasa untuk menyediakan penerus baginya. Ia tidak boleh atau berusaha merahasiakan penerus pilihannya. Kelanjutan perusahaan keluarga adalah pembenaran bagi nepotisme. Yang dimaksud bukan nepotisme asal, tidak terlatih, tidak bertanggung jawab dan tidak dewasa. Yang dimaksud di sini adalah nepotisme yang terencana, terlatih dan bertanggung jawab. Siapa pun oangnya, keluarga maupun bukan, dibutuhkan perencanaan, keyakinan dan keberanian.
Dalam perusahaan keluarga, misalnya, yang butuhkan bukan sang pemilik menjadi lebih pintar lagi serta bekerja lebih keras dan melakukan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun, tetapi membuatnya memiliki komitmen utama yang tiada henti. Di samping menginvestasikan waktu bersama penerusnya, ia harus, sejak awal, menularkan semangatnya kepada sang pewaris yang ia harapkan untuk mengikuti jejaknya. Minat bisnis biasanya dibangkitkan dalam diri anak-anak oleh ayah-ayah mereka di tahap-tahap awal lewat antusiasme sang ayah akan pekerjaannya, risiko, tantangan dan kepuasan kerjanya, kebahagiaan dan imbal hasil yang diberikan oleh pekerjaan tersebut bagi dirinya serta keluarganya, ada lewat orang-orang menarik yang dijumpai anak-anak lewat hubungan mereka dengan ayah mereka.
Sebagai perusahaan yang dihuni oleh manusia yang nantinya akan pergi, bab Mengelola Aset dan Impian menyempurnakan poin-poin sebelumnya. Hal pertama yang harus dilakukan oleh pemilik sekaligus manajer untuk mencegah kekacauan pada saat kematiannya adalah duduk dan berbicara panjang lebar dengan orang terdekat, istri, misalnya, tentang apa yang akan ia lakukan untuk mendapat penghasilan, mengapa ia melakukannya dan pendapat-pendapat siapa saja yang ia hargai serta tidak. Ia harus mulai melakukannya sedini mungkin dalam kehidupan bisnisnya.
Pemilik sekaligus manajer memiliki sebuah konsep, ide, filosofi, tujuan atau impian akan bisnisnya. Dan semua yang ia lakukan setelah menetapkan impian tersebut hany memiliki satu tujuan: meraih impian tersebut. Tetapi itulah bagian dirinya yang selalu sulit untuk diungkap oleh pemilik sekaligus manajer kepada sang istri. Ia tidak pernah meminta sang istri untuk mengevaluasinya, mengubahnya, atau berpartisipasi di dalamnya. Sebelum terlambat, pemilik bisnis harus memaparkan kepada sang istri unsur-unsur dasar impian bisnisnya seperti:
1. Keinginan untuk melakukan sesuatu yang berarti sebelum Tuhan memanggilnya.
2. Keinginan agar istrinya memahami dirinya sepenuhnya—memahami baik pekerjaan, dan hubungan antara impian, pekerjaan dan harapannya terhadap keluarganya. Jauh di dasar hatinya ia ingin sang istri memahami semua pengorbanan yang harus ia lakukan demi mendapatkan semua kenyamanan dan jaminan bagi orang-orang yang ia kasihi.
3. Keinginan untuk meninggalkan hasil ciptaannya setelah ia mati.
4. Keinginannya agar anak-anak laki-lakinya (atau anak perempuannya) menerima impiannya, dan semoga, suatu hari nanti memiliki pemikiran yang sama. Ia ingin agar sang pewaris menerimapekerjaannya dengan hormat; meyakini apa yang ia yakini; menerima tantangan-tantangannya; dan menerima tanggung jawabnya.
Manajemen Waktu yang menjadi bab sebelum bab pamungkas merupakan sebuah persoalan yang sangat penting dalam pencapaian berbagai hal, tak terkecuali pengembangan bisnis. Seorang pemilik bisnis harus pandai mengalokasikan waktunya. Masa kerja seumur hidup tidak lebih dari 500 bulan. Setiap kali kita menyobek lembaran kalender dan membuangnya, itu berarti kita membuang presentasi dari waktu kita yang tersisa. Kesadaran seperti tiu sangat penting. Waktu sama sekali tidak tergantikan. Tidak ada jaminan, tidak ada pencatatan, tidak ada jaminan kualitas, tidak ada bunga pinjaman. Waktu habis begitu saja.
Untuk mengamankan masa depan bisnis keluarga kita, periksa kembali cara kita memanfaatkan waktu dan menempatkan prioritas. Jika kita tidak secara sadar menggunakan waktu yang diberikan kepada kita untuk menyiapkan orang lain agar dapat menanggapi dan menyesuaikan diri sendiri menyerahkan kekuasaan kepada para pewaris yang telah kita pilih atau kita latih, itu berarti kita tidak setia kepada impian kita.
Akhirnya, kita semua merasakan suka cita dan kemuliaan serta perasaan berhasil dari kemampuan orang-orang yang telah kita ajar untuk meneruskan impian kita—dan orang-orang yang telah kita siapkan untuk menjalankannya. Ini merupakan pencapaian akhir bisnis milik keluarga dan alasan keberhasilannya menahan badai dan kesulitan. Dalam keberlangsungannya terletak keabadian sejati sang pendiri. Dan untuk meyakinkan hal itu, kita harus memperlakukan waktu kita seperti yang kita lakukan untuk hal-hal lain demi kesejahteraan.
Kesimpulan: Merencanakan Masa Depan menutup rangkaian bab buku ini. Bisnis keluarga akan memiliki masa depan yang cerah—sehingga kontribusinya sebagai kekuatan sosial dibutuhkan demi perkembangan dan perkembangan negara kita—serta bahwa masalah-masalahnya dapat dipecahkan jika kita mau memahami dan mendapatkan komitmen dari orang-orang yang meyakini dan memedulikannya.
Kebutuhan-kebutuhan khusus untuk berubah tidak akan sama pada masing-masing pebisnis. Hanya pemilik bisnis, keluarganya, para manajernya dan para penasihatnya, dan direksinya yang mampu memberikan fakta-fakta tertentu dan khusus yang dibutuhkan agar masing-masing bisnis mampu mengambil keputusan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi serta keberlangsungannya di masa depan.
Paparkan fakta-fakta yang ada secara realistis lalu tulis dengan jelas sehingga kita tak perlu menduga-duga. Terima pendapat-pendapat alternative, dan jangan lupa untuk memertimbangkan semua keputusan dan pendapat yang penting. Libatkan semua orang yang memiliki investasi demi masa depan bisnis dalam berkegiatan ini agar mereka bersemangat, terinformasi, mampu mengelola, memberi arahan dan evaluasi untuk melengkapi pemaparan “fakta-fakta” “kasus” kita. Bantuan dan komitmen mereka sangat penting bagi kesuksesan kita dan merupakan acuan penting bagi perencanaan masa depan kita.
0 komentar:
Posting Komentar