Sabtu, 04 Maret 2017

Tengok



Kalau ada buku yang harus kupilih sebagai buku favorit, maka itu adalah buku diary. Buku diary, dengan pengertian tertentu, terhimpun oleh luapan kejujuran si penulis ihwal dirinya.
Pada perbincangan mendalam seseorang kepada dirinya sendirilah, kita dapat menilik sekaligus mengkonfirmasi sisi kemanusiaan kita yang bersamasama kita punyai. Mematutmatut diri.
Dan pada lembar demi lembar buku ini, saya mengeja kejujuran itu: kejujuran kisah perjalanan ‘naik’ seorang insan merindukan Sang Sumber nun jauh di ‘atas’. Sebuah perjalanan naik yang "hanya dilakukan oleh ‘yang mau’ (murid) saja” (hal.27).
Dari segenap refleksi penulis mengenai perjalanan hidupnya, ini bagian yang paling estetis. “Saya suka filsafat. Filsafat adalah dunia saya. Awalnya, saya suka eksistensialisme, terutama Jean Paul Sartre. Sartre menyeret saya sampai di bibir jurang ‘kehampaan makna’. Rumi menyelamatkan saya!” (h.38).

Mengenai Saya

Foto saya
I am a longlife learner. Colleger of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, Faculty of Usul al-Din, Department of Theology and Philosophy.