Senin, 26 Agustus 2019

Tiga Hal Yang Menarik Dari Diri Prabowo Jika Jadi Presiden

Bertemu Megawati pasca Pilpres 2019


Seumur-umur lihat Pemilu, baru pada 2019 inilah yang paling menegangkan. Entahlah, akan seperti apa pemilu ke depan. Rematch antara Joko Widodo vis a vis Prabowo Subianto ini akan selalu terkenang dalam benak masyarakat Indonesia. Pasalnya, gelombang demonstrasi terus bergejolak, hingga gugur korban nyawa. Semoga ini kali terakhir kalinya, ya. Amin. ;)

Suasana keterbelahan hingga saat menjelang hari pencoblosan amatlah terasa. Kedua kubu saling menggelari. Cebong untuk kubu pendukung Jokowi. Kubu Prabowo sendiri disebut Kampret. Media sosial memfasilitasi terjadinya perang hujat dan caci maki yang amat mengerikan. Aduh, pokoknya kalau ingat masa kampanye, kadang sampai ketawa sendiri. Mungkin karena kelewatan panas, jadinya malah lucu. Segala jenis umpatan bertebaran ke sana ke mari.



Sebenarnya sih, baik Jokowi maupun Prabowo itu sama-sama punya kelebihan. Mereka juga beriktikad baik untuk memajukan bangsa. Hanya saja caranya berbeda. Siapapun saat itu yang menang saat itu akan mewarnai cerita perjalanan kepemimpinan negara ini dengan gayanya masingmasing. Tapi aku cuma mau bahas Prabowo saja. Ada tiga hal dari Prabowo yang menarik untuk dicontoh masyarakat jika seandainya sebagai jadi presiden.

Sosok Pluralis. Gelar ini tentu saja sudah sangat akrab bagi Presiden Gus Dur. Iya, betul. Gus Dur orang yang konsisten memperjuangkan pluralisme. Tapi, Prabowo adalah pluralisme itu sendiri. Dalam barisan pendukungnya terdapat masyarakat dari berbagai jenis kalangan: golongan, suku, ras. Terutama dari aspek agama. Mulai dari yang paling liberal (Kiri) hingga yang paling konservatif (Kanan) dengan amat mengherankan, namun begitulah adanya, bisa duduk bersama menjadi pendukung Prabowo. Bagi saya ini salah satu keunikan Pilpres 2019.

Prabowo sendiri adalah sosok yang lahir dari rahim ibu beragama Katolik. Keluarga besar Prabowo merupakan non-muslim. Bahkan adik kandungnya, Hasyim Djojohadikusumo, yang menjadi orang penting dalam perjuangan politik Prabowo sendiri beragama Kristen. Ini merupakan contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia. Ini membuktikan betapa perbedaan agama bisa merawat kehangatan sebuah keluarga, apalagi masyarakat. Agama bukanlah sesuatu yang harus membuat kita terpecah belah.




Kutu Buku. Prabowo adalah pembaca yang baik. Dia menghilangkan stigma bahwa tentara cuma bisa bawa senjata. Prabowo soldier-scholar. Lebih dari membaca. Dia menulis beberapa buku. Sebagaimana telah menjadi rahasia umum, betapa kita sangat tertinggal dalam urusan literasi jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara sekalipun.

Kurangnya minat literasi membuat masyarakat tertinggal karena tidak punya kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan ‘bahan bakar’ untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kemajuan sebuah negara berbanding lurus dengan minat baca masyarakatnya. Oleh karena itu, jika Indonesia ingin bertransformasi menjadi negara yang unggul, maka membaca merupakan prasyarat utama. Indonesia memerlukan contoh dalam urusan baca membaca oleh kepala negaranya. Prabowo dapat menjadi contoh yang sangat baik bagi inspirasi pengembangan literasi di Indonesia.



Patriotik. Nah, kalau yang ini mungkin sudah mafhum. Karir yang panjang di dunia militer, Prabowo sangat akrab dengan doktrin nasionalisme. Mereka yang berupaya memecah belah NKRI tentu saja akan berurusan dengan Prabowo. Dia berkalikali menegaskan sebagai seorang patriot yang tidak akan pernah mengkhianati negara.

Dalam salah satu pernyataannya saat debat capres, dia mengungkapkan bahwa siapapun yang mau merusak NKRI akan berhadap dengan dia langsung. Doktrin sapta marga telah ia lakoni bertahun-tahun. Keinginannya untuk menjadikan Indonesia menjadi negara hebat membuatnya tak kenal lelah untuk berjuang melalui jalur politik. Seandainya dia mau beristirahat, akan lebih mudah hidupnya.

Segala fasilitas hidup dan harta berlimpah. Tak perlu pusing memikirkan nasib orang banyak. Tapi, dia tidak begitu. Dia terus gelisah dan berusaha menciptakan perubahan agar Indonesia menjadi lebih maju. Dan dia memilih politik sebagai jalan perjuangannya.




0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
I am a longlife learner. Colleger of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, Faculty of Usul al-Din, Department of Theology and Philosophy.